Komisi VI dan Dubes Swiss Bicarakan Tindaklanjut Hasil Perjanjian IE-CEPA
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih menerima kunjungan Duta Besar Swiss untuk Indonesia Kurt Kenz di Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Kamis (18/3/2021). Turut hadir mendampingi, Anggota Komisi VI DPR RI Sondang Tiar Debora Tampubolon. Foto: Kresno/nvl
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih menerima kunjungan Duta Besar Swiss untuk Indonesia Kurt Kenz. Dalam kunjungan ini kedua belah pihak mendiskusikan tindak lanjut dari hasil referendum Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA) antara Indonesia-The European Free Trade Area (EFTA) yang digelar di Swiss pada Minggu, 7 Maret 2021 lalu.
Hasil perjanjian IE-CEPA ini berpihak pada komoditas kelapa sawit asal Indonesia, dimana perjanjian ini merupakan kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan EFTA yang beranggotakan Swiss, Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein. Demer, sapaan akrab Gde Sumarjaya berharap Swiss bisa memberikan pemahaman kepada negara-negara Uni Eropa agar membuka kembali ekspor sawit Indonesia ke pasar Uni Eropa.
Dia pun berjanji industri sawit Indonesia akan tetap menjaga kelastarian lingkungan. “Sehingga eksport kita bertambah. Kita tetap menjaga lingkungan kita dalam bertani sawit ini," ujar politisi dari Fraksi Golkar ini di Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Kamis (18/3/2021). Turut hadir mendampingi, Anggota Komisi VI DPR RI Sondang Tiar Debora Tampubolon.
Sementara itu Sondang berharap kerja sama ini IE-CEPA bisa menguntungkan tidak saja bagi Indonesia, namun juga Swiss. “Menguntungkan kedua belah pihak, dalam hal ini kita berjuang bagaimana semua komoditi yang kita hasilkan, baik itu hasil pertanian, perkebunan, hasil pertambangan, itu bisa diterima seluruh masyarakat dunia,” harap politisi PDI-Perjuangan itu.
Perjanjian IE-CEPA mencakup perdagangan barang dan jasa, investasi, dan peningkatan kapasitas. Dengan perjanjian itu, produk Indonesia akan mendapatkan akses pasar berupa konsesi penghapusan dan pengurangan tarif sehingga akan lebih kompetitif ke pasar EFTA. Perjanjian itu mampu meningkatkan potensi ekspor produk-produk Indonesia ke pasar Eropa, menarik minat investasi asing khususnya dari Eropa, serta menciptakan ekonomi Indonesia yang lebih berdaya saing.
Setelah perjanjian IE-CEPA, mayoritas rakyat Swiss sebesar 51,6 persen juga mendukung implementasi perjanjian IE-CEPA yang telah ditandatangani pada Desember 2018, setelah melalui perundingan yang berlangsung selama delapan tahun dengan 15 putaran. Hasil ratifikasi juga menunjukkan pengakuan internasional terhadap konsistensi dan komitmen Indonesia. (eko/sf)